Seperti biasa di hari Jumat ini PoliTwika akan kembali merilis hasil canda, tawa, diskusi, wawancara panas., hasil dari nongkrong bareng, atau sekedar berbalas kata melalui surel. Iyah, hari ini kami akan melanjutkan membahas salah satu Selebtwit yang sangat terkenal di dunia Twitter. Mendengar namanya saja pasti kalian kemungkinan besar sudah kenal. Siapa dia? Dia adalah Arman Dhani (@arman_dhani).

Kalau kita melihat twit-twit selebtwit yang satu ini pasti akan ada satu pandangan yang sama “Tukang Nyinyir”. Banyak sekali nyinyiran atau sindiran pedas dari twit-twit mas Arman ini. Lantas kenapa mas Arman Dhani ini suka “nyinyir”? Sebelum kami melangkah ke sana, tidak baik kalau tidak mengenalkan siapa Arman Dhani ini. Beginilah penjelasan beliau tentang dirinya.

“Saya lulusan universitas Jember. S1 saja, lahir dari keluarga Muhammadiyah yang punya paman seorang pegiat NU. Jadinya ya gitu, dalam keluarga jangankan soal mazhab, soal wudlu aja bisa debat panjang tapi ya ga sampe bunuh bunuhan. Sejauh ini masih suka beli dan membaca buku. belakangan suka sepatu dan rilisan fisik, cd, kaset dan vinyl. intinya tukang tiru apa apa yang dikira orang keren. kalo bahasa Maduranya poser.”

Sangat keren bukan? Dari lingkup keluarganya saja mas Arman Dhani ini sudah menghadapi sebuah perbedaan. Ada hal lucu yang kami dapat dari wawancara dengan beliau yatu ketika kami tanya apakah dia pernah membayangkan bahwa dia akan terkenal di Twitter seperti sekarang. Mas Arman Dhani hanya menjawab, nggak, semua ini fana, buat apa terkenal kalo ga pernah ada tawaran jadi buzzer. palsu semua ini palsuuuuuu

Itulah sosok lucu mas Arman Dhani. Lantas kenapa dia sangat suka sekali nyinyir? Satu hal singkat saja “Mas Arman Dhani ini suka caper”. Kenapa beliau menyukai hal tersebut? Apakah karena beliau menjomblo sehingga sedang caper pada seseorang? Bukan, ini lebih dari itu. Mas Arman Dhani ini memiliki eksistensinya sendiri. Seperti yang beliau jelaskan tentang usaha “caper”-nya ini.

“Mungkin karena saya caper dan ingin terkenal saja, ini beneran, bukan satir. Tapi pada satu titik saya cuma penasaran saja, bagaimana kita bisa berpendapat seenaknya di media sosial tanpa ada tanggung jawab. Makanya seringkali saya nyinyir, bukan heroik, tapi memang mau ngerti kenapa ada orang yang seenaknya ngomong, berpendapat akan sesuatu yang tidak ia pahami. Terlalu banyak orang bodoh yang berkomentar tanpa punya pemahaman, jangan salah, saya juga bodoh tapi setidaknya bodoh buat diri sendiri ga nyusain orang. Kenapa suka nyinyir dan nyindir? Iri tentu saja, tapi alasan lain ya karena saya caper. Pada beberapa hal saya nyinyir dan nyindir ya karena kesal saja, misal pada masalah Syiah, Rembang dan Ayo Mondok, orang berkomentar tanpa paham masalah, lho kalo cuma sekedar ngomong ya gampang. Soal Zarry, beliau orang baik, saya segan padanya. Ini serius.”

Di akhir kalimat wawancara tadi, Mas Arman menyebut nama Zarry. Tentu kita sekilas mengingat bahwa mereka sempat “tegang” di Twitter gara-gara pilpres kemarin. Sebenarnya apa yang ada di benak mas Arman saat itu?

“Karena Zarry, seperti banyak generasi muda hari ini, barangkali ahistoris. Ini bukan salah Zarry atau anak muda yang malas, tapi memang rezim informasi ketika kami sekolah membuat demikian. Saat itu Zarry bawa bawa Munir, seseorang yang sangat saya kagumi integritasnya. Itu yang membuat saya marah, tapi kami lantas bertemu. Zarry bisa saja menuntut saya atau melaporkan saya pada polisi, tapi tidak dilakukan. Itu yang membuat saya menghormati beliau. Dampaknya, makin terkenal? Ga tahu, belakangan saya merasa itu hal yang tidak baik, Zarry orang yang bisa menerima kritik. Belakangan saya sudah mengurangi konfrontasi langsung, ini mungkin dampaknya. Kalo haters memang dari dulu banyak.”

Dalam sesi wawancara kami yang seru melalui surel ini. Kami juga menanyakan pertanyaan yang penting. Kita mungkin tahu bahwa Arman Dhani ini twit-twitnya tidak “terbeli”. Selalu jujur dan tidak memihak. Lantas kenapakah mas Arman Dhani mau seperti itu?

“Wah ngga juga, saya pernah menulis tentang korporasi, pemerintah dan politisi dengan perspektif membela. Barangkali bukan jujur, tapi lebih ke ya suka suka saya aja. Hahaha Saya ga akan menjilat pantat, saya akan menulis apa yang saya mau.”

Itulah mas Arman Dhani. 1 di antara banyak orang unik di Twitter. Kalau kita mengingat-ngingat dulu mas Arman juga pernah mengkritik pedas novelis Dewi Lestari. Kritikan pedas tersebut membuat dirinya mengalami “sindiran” yang cukup panjang, selain tragedi Zarry Hendrik. Dari semua pengalamannya di Twitter, mas Arman Dhani berpesan terhadap kita pesan yang sangat baik. Apa itu?

“Mari galakkan gerakan koreksi dan verifikasi ucapan selebtweet, karena tidak selebtweet bukan nabi yang maksum, ia bisa salah dan tidak selalu benar.”

Published by Sugianto

Dapat ditemui di akun @sugisigu