Kita pernah membahas sosok Selebtwit dari kalangan Seniman yang fokusnya berada di dunia tulis menulis. Alangkah kurang kalau kita tidak membahas seniman yang ngehits di Twitter tapi berlatar belakang seorang tukang gambar. Kali ini PoliTwika berhasil mewawancarai orang dengan karya yang luar biasa dan dia adalah @thepopoh.
Kalian pasti sudah sering mendengar nama dia atau minimal melihat karya-karyanya di tembok-tembok Jakarta. Yup, dia adalah seorang seniman mural. @thepopoh sendiri sebenarnya adalah sebuah karakter buatan Ryan Ryady. Karakter yang identik dengan mata belo ini sudah mulai muncul sejak tahun 2001 dan merupakan doa kecil agar muralnya memiliki dampak positif terhadap orang banyak.
“Pertama sebenarnya nama Popo biar gampang diingat aja. Kedua agar nama ini bisa jadi presentasi dari diri gue dan sebuah doa kecil. Popo ini juga singkatan dari Positive Progressive. Itu juga adalah tagline yang dari dulu gue bawa sejak bikin mural.”
Setelah masuk era media sosial, @thepopoh pun ikut terjun ke dalamnya. Dia eksis di Twitter (@thepopoh) dan Instagram (_thepopop). Pria yang menyukai buah alpukat ini mengatakan bahwa media sosial membantu dirinya dalam menyebarkan karya-karyanya.
“Medsos memiliki kekuatan sendiri. Dengan adanya media sosial, karya gue bisa menjadi lebih viral dan massive untuk dilihat-lihat orang. Media sosial juga membuat gue mendapatkan banyak masukan dan kritikan secara langsung tentang karya gue. Kritikan itu pun bisa membuat gue memperbaiki karya-karya gue.”
@thepopoh sendiri pun pernah mengalami banned sebanyak 2 kali di Instagram. Hal ini karena beberapa karya @thepopoh dinilai sangat “kurang ajar” bagi sebagian orang. Untuk di Twitter nama @thepopoh terkenal sejak dia baru membuat akun kira-kira tahun 2012. Namanya semakin dikenal banyak orang ketika dia membuat komik Mat Kosim.
Dalam salah satu sesi diskusi dimana kami ikut sebelum mewawancarai @thepopoh. Dia menyebut dirinya tidak ingin menjadi seniman yang dimakan oleh zaman. Dalam sesi wawancara dengan kami dia menjelaskan bahwa dia ingin membatasi dirinya. Dia tidak ingin terlena dalam zamannya dan hidupnya hanya datar-datar saja. Itu juga yang menjadikan dirinya ikut bermain di medsos.
“Gue memposisikan agar tidak terlena dengan zaman. Maksudnya kalau gue terlena dan berkarya gak ada tekanan hidup gue akan flat. Di sini gue harus membatasi diri gue sejauh mana gue bisa mengandalkan medsos dan sejauh mana gue menyampaikan sebuah komunikasi dari karya gue. Intinya gue bersiasat. Mungkin nanti setelah era medsos akan ada media-media lain dan gue harus memiliki siasat baru. Karena gue butuh dan bakal pakai media-media tersebut.”
Di akhir wawancara, kami menanyakan tentang saran untuk para seniman jika ingin terjun di medsos. @thepopoh mengatakan bahwa kita harus mempelajari media sosial itu seperti apa. Lihat netizen di Indonesia. Meskipun tidak harus mengikuti mereka. Intinya, jangan setengah-setengah.