Kali ini kami akan menghadirkan #TamuKita yang tentunya tidak asing lagi di dunia Twitter Indonesia. Cuitannya seringkali bergaya lucu, serius dan sinis. Dia cukup sering juga mengkoreksi permasalahan penggunaan kata “di” pada sebuah cuitan. Siapakah dia? Dia adalah Iwan Pranoto (@iwanpranoto).
Sudah adakah yang mem-follow dia? Laki-laki yang saat ini menjadi Atase Pendidikan dan Kebudayaan di New Delhi ini sangat aktif di Twitter. Khususnya dalam mengkritisi sistem pendidikan di Indonesia. Kehadiran media sosial dimanfaatkan dengan baik oleh mas Iwan. Menurut dia masyarakat Indonesia sudah melupakan fungsi utama media sosial.
“Hal yang buruk terjadi jika digunakan tetapi melupakan fungsi utamanya, yakni menggalang komunikasi dan mengembangkan mutu kehidupan masyarakat. Khususnya, media sosial dapat dimanfaatkan pembangunan dalam alam gagasan dan peningkatan keterampilan berkomunikasi kompleks, seperti berdebat, meyakinkan, membantah, menyetujui, membangun gagasan, dsb.” – Iwan Pranoto
Belajar bernalar pun bisa difasilitasi dengan media sosial menurut mas Iwan. Tetapi harus diimbangi dengan lawan komunikasi yang memiliki niat belajar bernalar. Lantas, kenapa mas Iwan sering sekali mengkritisi sistem pendidikan di Indonesia melalui akun pribadinya? Itu semua tidak terlepas dari sistem pendidikan yang tidak baik.
“Tujuannya ingin menyadarkan masyarakat bahwa kebijakan-kebijakan pendidikan seringkali hanya dibuat tanpa melalui proses bernalar yang matang. Akibatnya, kebijakan tak masuk akal. Dan, tentunya, ini akan mengakibatkan kebijakan yang tak dapat didukung masyarakat. Bagaimana masyarakat mau mendukung, jika kebijakannya tak masuk akal?” – Iwan Pranoto
Efek cuitannya tersebut berbuah manis. Masyarakat Indonesia semakin peduli terhadap dunia pendidikan. Tetapi itu bukan yang terpenting menurut mas Iwan. Hal terpenting adalah cuitannya bisa “merapikan” pemikirannya atas dunia pendidikan di Indonesia.
Cuitan-cuitan kritis tersebut tidak membuat mas Iwan jauh dari kritikan orang-orang. Banyak sekali orang yang tidak sepandangan dengan mas Iwan. Tetapi mas Iwan tidak terlalu menanggapi hal-hal tersebut. Ini karena banyak sekali masyarakat Indonesia terlalu cepat beraksi dan tidak berpikir dalam-dalam.
Kehadiran netizen juga menurut mas Iwan memberikan dampak terhadap dunia pendidikan. Kemendikbud mengetahui mengetahui dan memanfaatkan kondisi ini. Mas Iwan juga mengajak para netizen untuk secara berkala menjawab pertanyaan “Apa yang saya pelajari hari ini di Twitter/Facebook/Instagram/…?”
Karena ketika kita sudah mengetahui jawaban tersebut. Kita bisa menggunakan media sosial dengan baik. Tidak hanya menjadi netizen yang reaktif tanpa berpikir dalam-dalam. Yuk, kita berpikir dan berubah menjadi netizen yang lebih baik dari sebelumnya.