Khrisna Pabichara : Menjiplak Menurunkan Daya Imajinasi

khrisna

Daeng Marewa atau Daeng Khrisna, begitulah ia akrab dipanggil. Seorang penulis kelahiran Makassar yang berdomisili di Bogor. Ia sangat giat dalam kegiatan dan aktivitas literasi, bahkan secara aktif juga mengikuti kegiatan Malam Puisi Bogor.

Jagat Twitter raya mungkin sudah tak asing lagi dengan akun @1bichara selain aktif menuliskan kata-kata puitis tentang rindu ia juga senang bercengkrama dengan khalayak dunia maya baik yang sudah dikenal maupun yang asing. Pada awalnya Daeng Khrisna menggunakan akun bernama @khrisnabichara lantaran terlalu panjang, kemudian ia menggantinya dengan @1bichara.

Selain aktif di Twitter, Daeng Khrisna juga menggunakan media sosial lainnya seperti Path, Instagram, Line, Facebook dan ia juga memiliki blog tempat di mana ia menuliskan buah karya dan pemikirannya. Banyak sajak, cerpen, esai bertebaran di http://dusunkata.blogspot.com yang bisa dinikmati para pengikutnya. Bagi Daeng Khrisna banyak manfaat yang dia dapatkan dari media sosial, dampak positif dan negatif pun selalu ada, “Kembali lagi ke kita sebagai pengguna dalam memanfaatkan media sosial tersebut.” ungkapnya dalam wawancara bersama tim PoliTwika melalui surat elektronik.

Saat ditanya soal keunikan pengalaman yang ia dapat dari media sosial, Daeng Khrisna menceritakan pengalamannya. “Di antaranya makin banyak kenalan di pelbagai tempat. Sebagai pejalan saya suka bertemu dengan kerabat dan sahabat dalam pelesiran ke satu daerah. Sebagai penulis, saya suka bercengkrama dengan kolega atau pembaca dalam kunjungan di daerah yang saya kunjungi. Uniknya, kadang mereka terkecoh dengan gaya tutur saya di media sosial, termasuk Twitter, dan mengira saya adalah orang yang amat serius padahal sebaliknya.”

Beberapa saat yang lalu dunia Twitter dihebohkan dengan kicauan Daeng Khrisna mengenai penjiplakan karya oleh akun @dwitasaridwita bahkan tim Politwika pernah membuat kultwit khusus akan pembahasan tersebut. Awalnya Daeng Khrisna kecewa karena @dwitasaridwita menggunakan puisi karya Daeng Khrisna yang dijadikan musikalisasi puisi dan dipublish melalui SoundCloud, namun belakangan sang pemilik akun telah mengklarifikasi masalah penjiplakan tersebut.

Menurut Daeng Khrisna, di dunia keberaksaraan penjiplakan sudah sejak dulu ada, di Twitter misalnya, ada beberapa orang yang menjiplak kicauan orang lain agar terlihat keren dan tetap eksis, tentu hal ini berpulang kepada diri kita masing-masing. Begitu pula halnya di dunia kecendikiaan, namun akan berbeda jika kicauan orang lain dijadikan pemantik gagasan, lalu gagasan tersebut diungkapkan dengan gaya dan bahasa khas kita sendiri, tentulah hal tersebut tidak bisa dikatakan plagiasi. “Kebiasaan menjiplak akan menurunkan daya imajinasi kita, lambat laun akan membuat kita menjadi malas.”

Masih soal plagiasi, Daeng Khrisna bercerita tentang cerpennya yang berjudul Doa Lelaki yang Tak Ingin Kehilangan Ibunya. Karyanya itu pernah dijiplak habis-habisan oleh seorang cerpenis kawakan. Waktu itu Daeng Khrisna mengirimkan cerpennya ke salah satu redaksi sastra koran, setelah menunggu selama tiga minggu tak juga ada kabar akan dimuat atau tidaknya cerpen tersebut lalu Daeng Khrisna mengirimkan lagi cerpen tersebut ke Jurnal Bogor dan diterbitkan. Ternyata koran yang tidak memberi kabar malah menerbitkan cerpennya dengan judul dan nama pengarang yang berbeda. Saat itu Daeng Khrisna belum menggunakan Twitter, ia datangi redaksi koran tersebut dan menghubungi penjiplaknya.

Selain permasalahan penjiplakan, Daeng Khrisna juga pernah diserang habis-habisan karena novel yang ia sunting dan tulis. Menanggapi mereka Daeng Khrisna memilih untuk tidak berlebihan dan setengah bergurau.

Pesan untuk para pembaca dari Daeng Khrisna, “Mari berbagi kebaikan, ah bijak sekali, hahaha.”