nukman

 

Jika bicara soal media sosial tentu sosok Nukman Luthfie adalah salah satu yang langsung kita ingat. Melalui akun twitternya, @nukman, berbagi informasi pun berdiskusi tentang media sosial dengan followers-nya.

Beberapa waktu lalu, Politwika berkesempatan bertemu dan berbincang dengan pria kelahiran Semarang, 51 tahun silam ini. Mas Nukman, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa orang cenderung menggunakan media sosial karena teman-temannya juga menggunakan.

Di Indonesia sendiri pengguna media sosial sangat beragam, termasuk anak-anak. Padahal sebenarnya anak dibawah usia 13 tahun belum boleh menggunakan media sosial. Menurut Nukman, “Banyak (anak-anak) yang luput dari perhatian orang tuanya dan bikin akun (media sosial) sendiri, ada juga yang dibikinin orang tuanya.”

Nukman sendiri adalah salah satu orang tua yang membuatkan akun media sosial untuk anaknya, tentu dengan pengawasan dari dirinya. Hal itu ia lakukan untuk menghindari anaknya dari perasaan tersisih karena banyak diantara teman-teman anaknya yang sudah memiliki akun media sosial.

Untuk anak-anak saya tidak merekomen untuk pamer selfie, tapi pamer karya. – Nukman Luthfie

Namun Nukman menambahkan, hal tersebut tidak berlaku jika anak itu ialah anak dari seorang aktor yang memang disiapkan untuk menjadi bintang cilik, biasanya anak-anak artis diperbolehkan memiliki akun media sosial sendiri. Nukman mengungkapkan, karakter pengguna media sosial terbagi menjadi dua, yakni Creator dan Conversationalist.

Creator sendiri adalah pengguna yang tidak hanya memiliki akun media sosial tapi juga menciptakan konten, misalnya blogger, youtuber dan sebagainya. Sedangkan Conversationalist adalah pengguna yang hanya memiliki akun media sosial untuk bersosialisasi dan ngobrol saja, tidak menciptakan konten. Kebanyakan dari kita adalah seorang conversationalist, sedangkan anak-anak artis itu creator, ungkap pria lulusan Universitas Gajah Mada ini.

Kecenderungan anak-anak menggunakan media sosial untuk ngobrol dan pamer selfie, menurut Nukman berbahaya buat mereka. Mengingat banyak kasus penculikan dan pelecehan pada anak yang bermula dari media sosial. Jadi memang sebaiknya anak-anak tidak pamer selfie di media sosial.

Jika anak-anak biasanya menggunakan media sosial untuk bersosialisasi, lain halnya dengan pengguna media sosial yang sudah dewasa. “Orang dewasa cenderung menggunakan media sosial untuk menambah ilmu, untuk mendapatkan apa yang belum mereka dapatkan, sebab biasanya hubungan sosial mereka sudah cukup”, tutup Nukman.