carePernah baca berita ini?  Ussy Sulistiawaty Bangga Unggah Foto Anak di Medsos. Judul berita itu bikin miris, sebab membuat mayoritas orang tua yang merasa aman-aman saja melakukannya. Memamerkan foto anak di medsos memang jadi kebanggaan bagi ortu. Apalagi kalau anaknya lucu, chubby, nggemesin. Bahkan banyak senang mengunggah foto anaknya dalam pose setengah telanjang. Tujuannya demi mendapat komentar pujian bahwa anaknya lucu. Padahal di luar sana ada banyak predator cyber yang sengaja mengoleksi foto anak-anak, untuk dijual ke para pedofil.

Ya, bagi mayoritas orang tua, era media sosial kerap bikin mereka kehilangan acuan. Apa mereka harus mengawasi anaknya di medsos? Apa masih boleh menguggah foto anak? Kapan sebaiknya anaknya bisa main gadget? Dan banyak lagi.

Konsultan yang fokus di isu sosial, Qualtrics, melakukan riset seputar hal itu belum lama ini. Survei ini melibatkan 1000 orang tua yang setidaknya mempunyai satu anak berusia antara 8-17 tahun. Tujuannya adalah mengetahui apa sebenarnya yang paling menjadi perhatian orang tua sehubungan dengan aktivitas online anak-anaknya.

Hasil surveinya lumayan mencengangkan. Sebanyak 1 dari 10 ortu mengetahui bahwa anaknya pernah mengalami cyberbully. Yang tak kalah mengerikan, 42% ortu tahu bahwa anaknya berinteraksi dengan orang asing di internet.

Sebesar 38% ortu percaya anaknya melakukan sexting (membahas seks melalui pesan teks seperti SMS, WA, BBM, dsb). Ortu anak laki-laki lebih banyak yang percaya anaknya lakukan sexting daripada ortu anak perempuan. Bahkan 30% ortu juga sangat konsen jika anak-anaknya menggunakan aplikasi kencan online.

Sebanyak 49% ortu mengklaim anaknya menggunakan gadget saat berkendara. Pastinya ini dilakukan oleh anak yang sudah memasuki usia yang diizinkan berkendara.

Di sisi lain, 75% ortu masih yakin bahwa teknologi punya efek positif bagi pendidikan anak. Usia berapakah anak mulai diizinkan memakai gadget? Lebih dari 20% menjawab usia12 tahun. Sekitar 17% menjawab 13 tahun. 5% ortu menjawab usia 9 tahun sudah bisa memakai gadget. Bahkan sebesar 1% menjawab usia 5 tahun.

Dari survei ini tergambar bahwa sebenarnya orang tua cukup paham bahaya apa saja yang mengintai anaknya di internet. Tapi apakah mereka punya langkah efektif bagaimana menanggulanginya, itu lain cerita. Bahkan mayoritas ortu masih percaya bahwa teknologi membawa imbas positif ke anak.

Sejauh ini cyberbully dan sexting masih menjadi kasus yang paling umum terjadi pada anak-anak dan remaja. Lebih menghawatirkan lagi, remaja sudah menggunakan aplikasi kencan online untuk berkenalan dengan lawan jenis. Padahal aplikasi ini sangat berpotensi disalahgunakan oleh predator cyber.

Bagaimana dengan ortu di Indonesia? Sepertinya masih sangat jauh dari gambaran survei di atas. Bahkan masih banyak yang belum paham apa itu cyberbully dan apa itu sexting. Intinya, ketika anak-anak kita mulai sangat kecanduan pada gadget, mengalami perubahan mood akibat memakai gadget, maka ortu wajib curiga ada sesuatu yang tak beres dengan mereka. Bisa jadi anak-anak itu menjadi korban cyberbully dan sexting.

Perihal sexting akan dibahas mendetil di tulisan terpisah. Tertarik?

Published by Merry Magdalena

Penulis lebih dari 20 buku non fiksi terbitan Gramedia Group, eks jurnalis, kolumnis, editor, menyukai media sosial, serta segala yang berhubungan dengan seni & budaya. Berkicau di @merrymp. Bio lengkap: https://www.linkedin.com/in/merrymagdalena