[vc_row][vc_column][vc_column_text]Pilkada Jakarta di Media Sosial _ Politwika[/vc_column_text][vc_column_text css_animation=”fadeIn” css=”.vc_custom_1509023281346{margin: 0px !important;border-width: 0px !important;padding: 0px !important;background-color: #efefef !important;}”]

Peta Media Sosial 

[/vc_column_text][vc_column_text css_animation=”fadeIn” css=”.vc_custom_1509023298432{margin-top: 10px !important;margin-right: 0px !important;margin-bottom: 10px !important;margin-left: 0px !important;border-top-width: 10px !important;border-right-width: 0px !important;border-bottom-width: 10px !important;border-left-width: 0px !important;padding-top: 10px !important;padding-right: 50px !important;padding-bottom: 10px !important;padding-left: 50px !important;background-color: #efefef !important;}”]Tujuan dari peta ini adalah untuk menyampaikan bahwa, tidak ada satu aplikasi media sosial yang mencakup semua kebutuhan sosial manusia. Ada perbedaan dalam bagaimana orang merasakan aplikasi sosial yang berbeda, dan fakta bahwa tidak ada satu aplikasi pun yang dapat mengisi setiap bagian dari peta ini.

Facebook, misalnya,  hanya menempatkan diri pada bagian hubungan simetris (aku-untuk-aku) dan bersifat publik. Kemudian, mereka mencoba mengakuisisi Snapchat, namun ditolak oleh media sosial self-destruction tersebut. Akhirnya, kita tahu jika mereka mengakuisisi Whatsapp dan Instagram. Hal ini membuat grup Facebook memiliki tempat pada zona hubungan simetris – asimetris, permanen-ephermal serta pribadi maupun publik.

Twitter, adalah media sosial asimetris, aku untuk semua. Setiap postingan ditujukan untuk tidak hanya diri sendiri tetapi orang lain. Begitu pun dengan Facebook sebenarnya, namun Facebook mempunyai opsi postingan untuk diri sendiri. Maka, garis arah ke zona sebelahnya menunjukan Facebook bisa bergerak dari komunikasi sosial simetris ke asimetris. Kebalikannya adalah Twitter, yang tadinya memiliki sifat postingan asimetris ke simetris (kita kenal dengan monolog).

Membedakan sifat postingan dari sisi lama waktu penyajian bisa dilihat dari permanen dan ephemeral-nya. Misalnya saja Twitter, meskipun postingan bersifat abadi namun tidak berlaku pada linimasa, setiap twit akan berlalu dengan cepat sesuai dengan berapa banyaknya real-stream twit yang muncul di linimasa. Aplikasi chat dengan banyak fitur pendukung juga memiliki sifat yang sama.

Jadi, apakah akan ada media sosial baru yang akan melahap semua zona?[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]