Sejarah #Tagar atau #Hashtag

sejarahtagar

Jika kalian sudah lama berkecimpung di dunia media sosial, tentunya kalian sudah tak asing lagi dengan Tagar atau Hashtag yang dapat digunakan di berbagai media sosial seperti Twitter, Instagram, Pinterest, Facebook dan Google+. Meski telah banyak pengguna Tagar di media sosial, adakah di antara kalian yang tahu apakah sebenarnya Tagar itu dan fungsi serta sejarah kemunculannya?

Selama berpuluh tahun lamanya sebelum era media sosial, kita hanya mengenal Tagar (#) hanya sebagai simbol yang kita pakai sehari-hari untuk memeriksa saldo pulsa yang kita miliki atau untuk permainan Tic Tac Toe. Baru belakangan ini kita mengenalnya lebih baik melalui Twitter, diawali oleh Chris Messina yang dianggap sebagai pencetus Tagar di media sosial. Apakah betul begitu? Bahkan pada perkembangannya, penggunaan Tagar di media sosial telah berevolusi menjadi sebuah simbol yang diasosiasikan dengan trends dan diskusi di media sosial. Tidak hanya menggiring opini dan diskusi bagi mereka yang tidak saling follow namun Tagar mampu membentuk gerakan-gerakan sosial yang bermula dari media sosial.

Jika kita flashback ke sekitar tahun 1988 ketika masa-masa kejayaan MIRC atau IRC (Internet Relay Chat), pada saat itu Tagar digunakan untuk memisah-misahkan kategori seperti gambar, pesan, video dan konten lainnya. Tagar di IRC sangat memungkinkan pengguna untuk dengan mudahnya mencari konten yang relevan bagi mereka. Meski sudah ada penggunaan tagar di sini namun efeknya belumlah sebesar sekarang ini. Lalu baru pada 23 Agustus tahun 2007, Chriss Messina mengicaukan ide tentang penggunaan Tagar di Twitter. “How do you feel about using # (pound) for groups. As in #barcamp [msg]?” Faktanya, Chris Messina bukanlah bagian dari Twitter itu sendiri hanya pengguna biasa seperti kita. Namun kicauan Messina itulah yang dianggap sebagai awal kebangkitan tagar di media sosial. Bahkan saat ini hampir semua media sosial teratas menggunakan tagar yang telah berevolusi sebagai penggiring opini dan diskusi bahkan juga gerakan sosial. Tagar yang pertama kali menjadi viral pada tahun yang sama adalah #Sandiegofire yang dikicaukan oleh Nate Ridder. Namun istilah hashtag sendiri tidak muncul begitu saja, istilah ini muncul dari postingan blog StoweBoyd (Baca: Awal Istilah Hashtags).

Karena Twitter melihat kekuatan ini, maka pada tahun 2009 Twitter mengadopsi penggunaan hashtag ke dalam kode yang otomatis me-link ke beragam diskusi yang berkembang. Tidak sebatas itu, hashtag menemui kejayaannya pada tahun 2010 saat Twitter mengasosiasikannya dengan “Trending” dan “Trending Topics” berdasarkan popularitasnya. Bahkan Ginger Wilcox, salah satu pendiri Social Media Marketing Institute pernah menyatakan di New York Times bahwa tahun 2010 adalah tahunnya ‘hashtag’.

Pada awalnya orang-orang yang tidak terbiasa dengan hashtag akan sedikit merasa terganggu dengan keberadaan hashtag. Namun jika saja kalian tahu fungsinya yang luas, maka akan memaklumi hal tersebut. Hashtag di media sosial kini telah menjadi kebutuhan. Kalian sebagai personal users atau business users bisa secara aktif terlibat dengan target audiens loh. Bahkan untuk dunia bisnis, hashtag bisa jadi pancingan untuk membangun kesadaran merek. Selain itu ada juga #hashtivism yang menggunakan hashtag sebagai gerakan sosial politik di media sosial. Atau kita juga seringkali melihat banyak user media sosial di Indonesia yang ikut-ikutan beropini melalui hashtags yang sedang masuk Trending Topic WorldWide, entah dengan tujuan sekedar beropini atau ikut-ikutan saja supaya tetap eksis. Tapi jangan sampe pergunakan hashtag seperti video di link ini ya #Hashtags by Jimmy Fallon & Justin Timberlake.