anomSepekan kemarin, jagad Twitter Indonesia sempat dihebohkan dengan terkuaknya identitas asli terduga akun anonim @SangPemburu99. Entah benar atau tidak identitas di balik akun itu, yang jelas kini akun anonim itu sudah mengubah gaya twitnya. @SangPemburu99 kini hanya menjadi feed web berita online.

Fenomena akun anonim ini sangat menarik. Di Indonesia, sejak 2010-an muncul akun anonim yang banyak mengicaukan informasi eksklusif. Sebut saja @Talia_, @Benny_Israel, disusul @BangZul_PKI, @LawanMafia, dan banyak lagi. Sejarah akun-akun anonim ini dirangkum di infografis ini.

Kelamaan, muncul akun-akun anonim yang konsepnya meniru akun-akun anonim perintis. Namun kelamaan banyak akun yang disalahgunakan untuk tujuan black campaign, penyebaran hoax, fitnah, bahkan pemerasan. Tentu sudah tak asing lagi dengan kasus diringkusnya admin @TrioMacan2000 atas tuduhan pemerasan.

Sejak itu eksistensi akun anonim menjadi pro kontra. Sebagian pihak menganggap anonim hanya membuat kicauan bohong, sebab identitasnya tidak valid. Tetap saja, akun anonim selalu diminati. Rata-rata follower-nya di atas 1000, yang membuktikan bahwa kehadiran akun anonim memang selalu dirindukan. Kenapa? Sebab akun-akun itu seriang menghadirkan informasi yang tidak ada di media massa. Informasi yang terkesan seperti bocoran, hasil penyadapan. Bahkan identitas tak jelas si penyampai menjadi bumbu misteri tersendiri.

Tapi, apakah di Twitter semua identitas kita valid? Dan apakah semua informasi di dunia maya sudah diuji kesahihannya? Tentu tidak.

Perlu ditilik lagi, apa alasan kemunculan akun anonim. Oscar Wilde pernah berkata, “Seseorang menjadi kurang jujur, selama menjadi diri sendiri. Berikan dia topeng, maka dia akan mengatakan kebenaran.” Untuk menjadi jujur, sering kali kita malu, sebab harus melindungi diri kita, keluarga, instansi, dan seterusnya. Padahal ada kebenaran yang harus disampaikan. Inilah kenapa para penulis, jurnalis, seniman, sering memakan nama samaran.

Youth Internet Governance Forum (IGF) Project pada 2013 melansir laporan, anak muda yang memakai akun anonim merasa lebih bebas mengekspresikan pendapat mereka. Bahkan para responden survei itu ingin tetap memakai akun anonimnya. Satu dari empat pengguna akun anonim merasa bisa lebih “nakal” saat memakai akun anonimnya. Ini berarti, akun anonim membuat seseorang menjadi apa adanya, tanpa banyak pencitraan seperti saat dia memakai identitasnya sendiri.

Sebenarnya istilah “anonim” sendiri kurang tepat, sebab anonim berarti tidak bernama. Sementara akun-akun yang dimaksud menggunakan nama samaran, yang lebih tepat disebut “pseudonim”. Nama samaran di internet banyak dipakai, sebab dengan menjadi seorang pseudonim maka seseorang merasa bisa lebih apa adanya, jujur, menyampaikan apa saja tanpa harus menjaga nama baiknya di dunia nyata. Jangan heran ada banyak sekali akun pseudonim di dunia maya, yang diawali dengan kemunculan mereka di milis, kemudian merambah ke media sosial, termasuk Twitter.

Apa mereka betul-betul tak bisa dikenali dan dilacak? Eits siapa bilang. Setiap pengguna internet jejaknya selalu ada, melalui rekam digital di mana dia melakukan login, registrasi provider, dan detil lain. Di dunia maya, kita bebas mengaku sebagai siapa saja, namun jejak digital ini sulit untuk dihapus. Maka, walau memakai akun anonim, tetaplah waspada, sebab identitas asli masih bisa dilacak.

Apakah kita bisa mempercayai informasi yang disampaikan akun anonim? Tentu tidak, jangankan yang anonim, akun yang identitasnya jelas pun kerap menyampaikan informasi yang tak valid.

Tahun 2012, pernah melakukan survei soal kepercayaan netizen pada akun2 anonim ini. Hasilnya menarik Sebanyak 99 responden (53%) mengaku follow atau berteman dengan akun anonim, kurang dari 10 akun anonim. Yang menjawab follow akun anonim lebih dari 10 akun, ada 48 responden (26%).Apa mereka percaya pada akun anonim? Sebanyak 145 responden (78%) bersikap “kadang percaya kadang tidak” pada informasi yang dikicaukan anonim. Hasil lengkap survei bisa diklik di sini.

Derasnya arus informasi di dunia maya seringkali membuat banyak orang bingung membedakan mana yang benar, mana yang hoax. Yang jelas, semua informasi perlahan akan teruji kesahihannya. Dan kalau sudah begitu, rasanya kehadiran akun-akun anonim justru memberi warna tersendiri. Atau, kamu juga punya akun anonim?

Published by Merry Magdalena

Penulis lebih dari 20 buku non fiksi terbitan Gramedia Group, eks jurnalis, kolumnis, editor, menyukai media sosial, serta segala yang berhubungan dengan seni & budaya. Berkicau di @merrymp. Bio lengkap: https://www.linkedin.com/in/merrymagdalena