(PoliTwika) Media sosial bisa membunuh? Bukan media sosialnya yang membunuh, melainkan penggunanya. Ya, kematian yang dipicu oleh aktivitas di media sosial makin bikin bulu kuduk merinding. Googling saja kata kunci “pembunuhan oleh teman Facebook” maka akan muncul serentetan berita mencengangkan tentang betapa berbahayanya bergaul secara gegabah di media sosial.
Belum ada data valid yang diungkap seputar jumlah kasus pembunuhan akibat aktivitas di media sosial, namun dari data sekilas bisa didapat dari pemberitaan media massa.
Sebut saja Yati, wanita asal Bandung yang jadi korban keberingasan teman Facebook-nya, Ginanjar pada akhir tahun 2014 silam. Bahkan di Bukittinggi, Sumatera Barat, sempat terjadi pembunuhan berantai oleh seorang pria terhadap teman-teman wanita yang dikenal di Facebook. Pembunuhan yang sebelumnya disertai perkosaan itu memakan korban dua wanita, dan akan terus bertambah jika si pelaku tidak diringkus.
Tahun 2012, seorang siswi SMP asal Semarang dibunuh pria yang dikenalnya di Facebook. Si pria mengincar motor milik korban, yang kemudian dihabisinya. Seorang gadis asal Pemalang, Jawa tengah, tewas dicekik pria kenalan dari Facebook. Sebelum dihabisi, korban sempat diajak bersetubuh. Gadis berhasil diperdaya untuk menemui pelaku di Jakarta, dan bernasib nahas di sana.
Kisah-kisah tragis di atas hanya sebagian kecil saja dari begitu banyak kasus pembunuhan oleh kenalan di Facebook. Semua terjadi di Indonesia. Mayoritas modus operandinya adalah masalah ekonomi, di mana pelaku mengincar harta atau uang korban, disusul dengan modus pelecehan seksual yang berakhir dengan ajakan berhubungan intim dan perkosaan.
Apakah media sosial, dalam hal ini Facebook, sedemikian berbahaya? Tunggu dulu, sekali lagi ditekankan, yang berbahaya bukan media sosialnya, melainkan penggunanya. Sama seperti dunia nyata, dunia maya pun diramaikan oleh manusia dengan beragam karakter, termasuk yang berpikiran jahat.
Mudahnya memperdaya target di media sosial membuat pelaku kriminal terdorong untuk “memanfaatkan” media sosial untuk menjerat target. Cukup menyamar dengan identitas palsu, memasang foto yang bikin penasaran, profil semenarik mungkin, dan bujuk rayu ciamik, maka korban dengan mudah diperdaya. Mayoritas korbannya adalah wanita muda, yang menganggap kenalan Facebook bisa dijadikan teman istimewa.
Mengapa “teman Facebook” bisa membunuh? Kemungkinan besar karena ingin menghilangkan jejak. Pelaku berpikiran, dirinya hanya dikenal korban di media sosial, sehingga mayoritas teman korban di dunia nyata tidak akan mengenalinya. Dengan begitu pelaku mengira ia akan dengan mudah menghilangkan jejak dengan cara menghabisi korban. Dia lupa bahwa status Facebook atau pesan pribadi korban (di Facebook atau ponsel) bisa menjadi petunjuk identitas pelaku.
Walau akhirnya bisa diringkus, tetap saja nyawa tak bisa dibayar dengan apapun, bukan? Sekali berurusan dengan kriminal cyber atau psikopat, nyawa taruhannya.
5 Trik Agar Tak Dibunuh Teman Medsos
Bagaimana agar kita tak menjadi korban pembunuhan oleh “kenalan” di media sosial? Berikut beberapa tipsnya:
- Ortu para gadis, waspadalah!
Ya, mayoritas korban pembunuhan oleh teman media sosial adalah wanita muda, khususnya gadis remaja. Para ortu yang punya anak perempuan sebaiknya ekstra waspada. Jika anak Anda sudah terlalu sering senyum-senyum sendiri saat online, bisa jadi dia mendapat kenalan istimewa di media sosial. Ajaklah mereka ngobrol tentang siapa kenalan itu, tanpa harus mendikte.
- Para gadis, tetap waspada!
Bukan ortu saja yang harus waspada, tapi juga para gadis remaja. Mendapat kenalan cowok mapan, tampan, penuh pengertian di Facebook atau Twitter? Jangan buru-buru terlena. Amati, siapa saja temannya, apakah ada yang kamu kenal? Apakah dia mau memberi data lengkap tentang dirinya? Apakah identitasnya bisa dipercaya? Apakah kisah hidupnya terdengar terlalu lebay? Jika hatimu ragu, segera tinggalkan.
- Jangan rahasiakan
Betul, berkenalan dengan someone special memang hal pribadi. Selayaknya teman di dunia nyata, teman di dunia maya sebaiknya juga kita kenalkan ke teman lain. Jangan mau jika diajak rahasia-rahasiaan oleh teman media sosial, apalagi kamu menanggapnya spesial. Ceritakan tentang bagaimana kisah perkenalanmu itu, siapa dia, bagaimana dia memperlakukanmu, ke teman atau keluarga. Bukankah kebahagiaan sebaiknya di-share? Kalau kamu merasa tidak pede berbagi kisah tentang “teman spesial” di media sosial, berarti ada sesuatu yang salah dengannya.
- Kopdar? Nanti dulu…
Yes, hati-hati jika ada cowok kenalan di media sosial mengajakmu kopdar alias copy darat. Pikir dulu baik-baik. Kalaupun yakin, jangan mau diajak kopdar sendirian. Ajaklah seseorang atau banyak orang untuk menemani. Dan lokasi kopdarnya harus di tempat umum yang ramai, misalnya mall, kafe, restoran, dan sejenisnya. Hindari tempat sepi atau pribadi seperti kamar kos, kamar hotel, apartemen, taman sepi, dan sejenisnnya.
- Jauhi jika dia mengancam
Teman Facebook atau Twitter-mu mengancam saat kamu tak bersedia memenuhi keinginannya? Entah itu mengancam meninggalkanmu, mengancam tak mau meneleponmu lagi, mengancam meng-unfriend atau unfollow? Atau bahkan mengancam akan menyebarkan foto tak senonoh yang sempat kamu kirim padanya? Mengancam akan mengintaimu dan berbuat sesuatu? Segera tinggalkan dia, atau laporkan ke pihak berwajib jika ancamannya sudah membuatmu merasa dalam bahaya.***
Sumber foto: www.newyorker.com