Seringkali orang tua menganggap anaknya baik-baik saja walau sudah mengakses media sosial sejak dini. Dipikir, anaknya sudah gaul, keren, tidak gaptek. Sebuah fakta mencengangkan disibak National Society for the Prevention of Cruelty to Children (NSPCC) belum lama ini melalui surveinya. Dikatakan, mayoritas anak-anak mengaku telah melihat adegan seks, kekerasan, dan materi dewasa di internet. Sebanyak 8 dari 10 anak usia 11 hingga 17 tahun juga sudah melanggar aturan batas usia untuk bergabung ke media sosial seperti Facebook.
Survei yang dilakukan NSPCC dan O2 ini juga menemukan, banyak orang tua yang tidak peduli dengan risiko mengakses internet dan aplikasi mobile atas anak-anaknya. Banyak situs dan aplikasi mobile yang dianggap orang tua tidak berisiko buruk pada anaknya, padahal justru berisiko tinggi pada usia remaja. Peter Wanless, pimpinan NSPCC mengatakan, “Orang tua perlu duduk bersama secara rutin dan membahas tentang media sosial apa yang mereka pakai, dan apa yang bisa mereka bantu jika anak-anak membutuhkan.”
Lebih dari 60% anak usia muda beranggapan bahwa platform media sosial perlu dibuat lebih aman lagi bagi anak-anak. Perusahaan pengembang media sosial harus lebih bertanggungjawab untuk menjaga anak-anak lebih aman saat online. Survei ini melibatkan lebih dari 1725 anak, yang sebagian besar mengaku sering melihat konten tidak pantas bagi anak-anak. Situs itu bertema humor seperti Sickipedia, Chatroulette, dan Omegle, yang juga memungkinkan pengunjung chatting dengan orang-orang asing secara random. Ada juga Ask.fm, di mana pengguna bisa melakukan tanya jawab kepada siapa saja.
“Sebagai orang tua memang sulit untuk memantau semua situs, aplikasi, dan games yang diakses anak-anak kita. Maka orang tua perlu berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan digital anak-anak untuk membantu mereka tetap aman,” ujar Nina Bobby dari O2.
Sebanyak 19% anak mengaku melihat konten yang tidak layak bagi mereka, padahal konten itu ada di situs yang dianggap aman bagi anak-anak. Waduh, kalau begitu, sebaiknya orang tua memang wajib lebih waspada dengan perilaku online anak-anaknya. Memang tidak mudah menjadi “polisi moral” bagi anak-anak kita, tapi setidaknya dampingi anak-anak kita saat online. Kalau sulit untuk memantau, upayakan selalu berkomunikasi secara transparan dengan mereka. Agar ketika terjadi sesuatu yang tak diinginkan, mereka mau berterus terang dan bukan menutupinya.