RRTwit-twitnya ceria, cenderung mengandung joke atau sarkasme. Linimassa seorang @Rio_Ramabaskara yang seorang lawyer ini sangat santai, jauh dari kesan serius seorang lawyer. Padahal keseharian alumni Universitas Mataram dan Universitas Islam Indonesia ini bisa dikatakan sangat serius. Bagaimana tidak, Rio memiliki konsultan hukum Rio Ramabaskara & Co, dengan sejumlah klien. Bisa jadi karena sudah terlalu serius di keseharian, maka Rio memilih untuk menjadikan Twitter sebagai sarana bersosialisasi dan hiburan. “Saya aktif di media sosial sejak pertengahan 2002, tapi paling aktif di Twitter, sebab Twitter lebih asyik,” ungkap pemilik lebih dari 19.0000 follower ini.

Ada dua hal yang membuat Rio suka dengan Twitter, yaitu jumlah Teman yang lebih banyak dibandingkan aplikasi medsos lain, dalam artian tidak ada batasan jumlah pertemanan. Alasan lain, Twitter melatih kreativitas dan kepekaan. Kok bisa? “Karena dengan 140 karakter, kita dipaksa memahami maksud orang dan menuangkan pokok pikiran kita. Sehingga narasi yang dibentuk penuh dengan tantangan dan kejutan kejutan kecil.

Dari kacamata Rio sebagai lawyer, banyaknya pelanggaran hukum yang tak disadari di Twitter disebabkan karena kurangnya kesadaran dan kepekaan. Seperti kita tahu, ada kasus penipuan, fitnah, pencemaran nama baik, dan sebagainya di media sosial. Tapi itu semua sering tak disadari. “Intinya di ranah medsos kita jangan lugu-lugu banget, deh,” ungkap Rio. Sebab kalau lugu bisa membuat kita terjerat banyak kasus, tanpa kita sadari. Sejauh ini pencemaran nama vaik dan penipuan masih jadi dua pelanggaran hukum yang paling sering terjadi di medsos, persentasenya 40:60. Rio sendiri pernah menangani kasus yang berkaitan dengan Pasal 27 ayat (3) jo. Pasal 45 ayat (1) UU ITE.

Di Twitter, Rio memang sangat ramah dan gaul abis. Dia rajin membalas mention, menyapa sesama pengicau di sana. Kalau disimak, Rio bergaul dengan nyaris semua kalangan, berbagai “kubu”. Padahal kadang kubu-kubu itu saling berseteru, tapi Rio bisa dengan santai masuk ke dua circle berbeda itu. Sebut saja kubu hater dan fansboy Jokowi.

“Fenomena haters & fansboy ini menarik, karena masih banyak masih membawa suasana Pilpres sampai detik ini. Kecenderungan gagal move on banyak terlihat disini, meski saya tak menafikan banyak kawan-kawan yang tetap menjaga  kekritisannya secara obyektif dan imparsial,” komentar Rio. Padahal sering terjadi di Twitter ada dua orang yang saling berseteru, saling bully, tapi di dunia nyata masih bisa ngopi bareng dan tertawa-tawa. Itulah uniknya Twitter.

Ada pesan oke nih dari Rio buat teman-teman Twitter. “Meskipun ada ‘freedom ff tweet’ tapi jangan lupa, ada juga sandaran norma dan kepantasan yang harus dikedepankan. Ini penting. Sebab, dunia nyata kita tak sekedar 140 karakter,” ujar pria yang hobi membaca dan bertualang ini.

“Keasyikan fitnah harus ditinggalkan, karena ada rentetan pasal yang dari kejauhan seolah senantiasa ‘melambaikan’ tangan penuh ancaman dan jeratan hukumannya.”

Mantab bukan? Simaj saja linimassa mas @Rio_Ramabaskara yang membuktikan bahwa kita bisa tetap gaul tanpa harus kena kasus hukum.

 

Published by Merry Magdalena

Penulis lebih dari 20 buku non fiksi terbitan Gramedia Group, eks jurnalis, kolumnis, editor, menyukai media sosial, serta segala yang berhubungan dengan seni & budaya. Berkicau di @merrymp. Bio lengkap: https://www.linkedin.com/in/merrymagdalena